Kejadian tragis kembali terjadi di dunia pendakian Indonesia. Seorang pendaki asal Jakarta ditemukan meninggal dunia setelah enam hari hilang saat mendaki Gunung Wilis, Jawa Timur. Korban, yang dilaporkan hilang sejak (9/10/2024), ditemukan oleh tim SAR dalam keadaan tidak bernyawa di daerah sekitar puncak Wilis pada (15/10/2024). Peristiwa ini menambah daftar panjang kasus kecelakaan fatal di gunung yang memerlukan perhatian lebih terkait keselamatan pendaki dan kesiapan fisik.
Kronologi Hilangnya Pendaki
Korban, yang diketahui bernama Muhammad Agus (24), bersama rombongan kecil memulai pendakian dari jalur Gunung Wilis pada 9/10/2024. Setelah berhasil mencapai pos [nama pos], korban bersama rekannya berencana melanjutkan perjalanan ke puncak. Namun, di tengah perjalanan, korban dilaporkan hilang kontak setelah terpisah dari rombongannya. Rekan-rekannya yang sempat mencari korban selama beberapa jam akhirnya memutuskan untuk melaporkan kejadian tersebut kepada pihak berwenang.
Tim SAR yang mendapatkan laporan langsung merespons dengan melakukan pencarian yang melibatkan puluhan personel, termasuk relawan dan pendaki lokal. Cuaca buruk dan medan yang sulit membuat proses pencarian memakan waktu lebih lama dari yang diperkirakan. Selama enam hari, tim pencari menyusuri berbagai jalur pendakian dan akhirnya menemukan korban dalam kondisi sudah tidak bernyawa pada ketinggian sekitar 2.563 mdpl.
Penyebab Kematian
Berdasarkan pemeriksaan awal tim medis yang berada di lokasi, dugaan sementara penyebab kematian korban adalah hipotermia. Hipotermia terjadi ketika tubuh kehilangan panas dengan cepat, terutama di ketinggian dan kondisi cuaca yang dingin, yang bisa berakibat fatal. Cuaca di Gunung Wilis pada malam hari memang dikenal cukup ekstrem, dengan suhu yang bisa mencapai di bawah nol derajat Celsius, terutama saat musim hujan seperti yang terjadi saat korban mendaki.
Selain itu, kondisi fisik korban yang sudah lelah karena perjalanan panjang juga berkontribusi pada terjadinya kecelakaan ini. Menurut kesaksian rekan pendaki yang selamat, korban sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan sejak hari kedua pendakian, namun tetap memutuskan untuk melanjutkan perjalanan tanpa istirahat yang cukup.
Evakuasi dan Respons Keluarga
Proses evakuasi korban tidak berjalan mudah. Medan yang sulit di Gunung Wilis, dengan lereng terjal dan jalur yang licin akibat hujan, menyulitkan tim SAR dalam membawa jenazah korban ke pos terdekat. Setelah hampir 24 jam usaha evakuasi, jenazah korban akhirnya berhasil dibawa turun ke posko utama dan diserahkan kepada pihak keluarga untuk proses pemakaman.
Keluarga korban yang datang langsung ke lokasi pencarian sejak hari ketiga merasa terpukul atas kejadian ini. Mereka sempat berharap korban bisa ditemukan dalam keadaan selamat. Namun, mereka juga menyampaikan rasa terima kasih kepada tim SAR dan relawan yang telah bekerja keras selama proses pencarian dan evakuasi.
Gunung Wilis: Medan yang Berat dan Berbahaya
Gunung Wilis, meskipun tidak sepopuler gunung-gunung lainnya seperti Semeru atau Rinjani, memiliki medan yang cukup berbahaya bagi pendaki yang kurang berpengalaman. Wilis dikenal dengan jalur yang terjal, kabut tebal, serta minimnya penanda jalur yang jelas. Gunung ini juga relatif jarang dijelajahi oleh pendaki sehingga tidak banyak tersedia fasilitas pendakian seperti pos peristirahatan atau sumber air yang cukup.
Pendaki yang ingin menaklukkan Gunung Wilis harus menyiapkan fisik dan mental yang kuat serta peralatan pendakian yang memadai. Salah satu penyebab umum kecelakaan di gunung ini adalah kurangnya persiapan pendaki, baik dari segi stamina maupun perbekalan. Banyak pendaki yang tergoda dengan keindahan alam Gunung Wilis namun tidak siap menghadapi tantangan yang ditawarkan.
Pentingnya Kesiapan dalam Mendaki
Tragedi ini kembali menekankan pentingnya mempersiapkan segala sesuatu dengan baik sebelum melakukan pendakian gunung, terutama untuk gunung-gunung dengan medan yang berat seperti Gunung Wilis. Berikut adalah beberapa tips yang perlu diperhatikan oleh para pendaki untuk menghindari kecelakaan serupa:
- Kondisi Fisik yang Prima
Sebelum memutuskan untuk mendaki, pastikan kondisi fisik dalam keadaan optimal. Pendakian memerlukan stamina yang cukup untuk bisa menempuh medan terjal dan cuaca yang tidak menentu. Pendaki harus berlatih terlebih dahulu dengan mendaki gunung-gunung yang lebih ringan atau melakukan aktivitas fisik lainnya seperti lari atau bersepeda. - Peralatan yang Tepat
Jangan pernah meremehkan pentingnya membawa peralatan yang sesuai saat mendaki gunung. Peralatan seperti jaket tebal, sleeping bag, serta perbekalan makanan dan minuman harus dipersiapkan dengan matang. Selain itu, alat navigasi seperti kompas dan peta juga wajib dibawa untuk mengantisipasi hilangnya arah di jalur yang tidak jelas. - Pantau Cuaca
Cuaca di gunung bisa berubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi. Pastikan untuk memantau kondisi cuaca sebelum dan selama pendakian. Jika cuaca buruk diperkirakan terjadi, lebih baik menunda pendakian untuk menghindari risiko besar seperti hipotermia atau tersesat. - Jangan Mendaki Sendirian
Sebisa mungkin, hindari mendaki gunung sendirian. Selalu lakukan pendakian dalam kelompok untuk memastikan ada orang lain yang bisa memberikan pertolongan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. - Beristirahat yang Cukup
Jangan memaksakan diri untuk terus mendaki jika tubuh sudah mulai lelah. Beristirahatlah secara berkala untuk menjaga stamina dan mengurangi risiko kelelahan yang dapat berujung pada kecelakaan.
Penutup
Kasus hilangnya pendaki asal Jakarta di Gunung Wilis selama enam hari dan akhirnya ditemukan meninggal dunia adalah tragedi yang sangat menyedihkan. Peristiwa ini sekali lagi menekankan pentingnya keselamatan dalam pendakian. Bagi para pendaki, selalu utamakan keselamatan diri dan rekan-rekan pendaki lainnya. Kunjungi www.pendaki.id untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai jalur pendakian, tips keselamatan, dan pengalaman pendaki lainnya di berbagai gunung di Indonesia.
Referensi:
- Artikel ini diadaptasi dari sumber: Kompas