GUNUNG NONA (305 MDPL) Di Provinsi Sulawesi Selatan
Gunung Nona adalah sebuah komplek gunung yang terletak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Nama “Nona” diberikan karena bentuk gunung seperti miss V atau alat vital wanita. Masyarakat setempat sering menyebut gunung Nona dengan “Buttu Kabobong” yang memiliki arti “Erotis”.
Gunung Nona akan terlihat saat kita melakukan perjalanan dari Makassar menuju Tana Toraja atau tepatnya di Jalan Raya Enrekang-Makale. Ada terdapat banyak warung-warung di pinggir jalan yang menjajakan kopi dan makanan lainnya dan memanjakan para pengunjungnya dengan pemandangan Gunung Nona di dekatnya.
Keberadaan Gunung Nona dan penamaan yang erotis tersebut memiliki sejarahnya sendiri. Dahulu ada sebuah kerajaan bernama Tindalun. Wilayahnya yang subur dan kaya membuat rakyatnya terlena. Masyarakat kerajaan tersebut sering melakukan perbuatan asusila yakni berhubungan suami isteri di luar nikah. Perbuatan tersebut kemudian didengar sang raja. Raja yang takut akan sebuah bencana jika perbuatan asusila rakyatnya terus berlanjut, akhirnya memutuskan untuk menghukum siapa saja yang berbuat hubungan intim di luar nikah. Namun, bukannya berhenti, masyarakat justru semakin gencar dan menentang titah raja. Mereka bahkan melakukan hubungan intim di siang hari. Selain itu, perilaku menyimpang tersebut juga sampai di kalangan kerajaan. Dan pada akhirnya datanglah sebuah azab dari Sang Kuasa. Masyarkat Tindalun berubah menjadi gunung-gunung dan di antaranya ada yang berbentuk seperti alam vital perempuan.
Selain kisah legenda yang memiliki pesan moral yang baik, di kawasan Gunung Nona juga terdapat situs-situs peninggalan Jepang yakni berupa bungker. Ada 20 bungker buatan Jepang yang tersebar di kaki Gunung Nona. Kebanyakan bungker telah berusia tua dan kondisinya tidak terawat, sehingga akan tampa seperti bangunan seram.
PENDAKIAN
Pendakian mencapai puncak Gunung Nona cukup mudah karena sudah ada jalur yang disediakan.
DESKRIPSI GUNUNG
Nama lain : Buttu Kabobong Elevasi : 305 mdpl Lokasi : Sulawesi Selatan Jenis : Non-volcano Pengelola : Pemerintah Enrekang Keistimewaan : Gunung berbentuk seperti miss V, ada 20 bungker di kaki gunung Jalur pendakian : Enrekang Tempat Ikonik : Puncak : Puncak Nona Lama pendakian : 2-3 jam Koordinat : 3°28’08.5″S 119°50’11.9″E dan 3°28’18.9″S 119°47’24.7″E Level pendakian : mudah/wisata
GUNUNG BAMBAPUANG (1.021 MDPL) Di Provinsi Sulawesi Selatan
Gunung Bambapuang merupakan tebing tertinggi di Sulawesi Selatan. Gunung ini merupakan gunung batu yang memiliki ketinggian 1.021 mdpl dan secara administratif masuk dalam kawasan Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Nama “Bambapuang” memiliki arti “Tangga Tuhan”. Hal ini berkaitan erat dengan keyakinan masyarakat setempat yang menjadikan Gunung Bambapuang sebagai tempat yang sakral.
PENDAKIAN
Pendakian Bambapuang bisa melalui Jalur Dusun Kotu, Desa Bambapuang, di Kecamatan Angeraja. Trek di awal didominasi oleh perkebunan jagung. Kemudian dilanjutkan trek menanjak berupa bebatuan cadas. Hanya dibutuhkan 2-3 jam saja untuk bisa mencapai Puncak Bambapuang. Jalur lain yang tersedia adalah jalur melalui Desa Kasambi.
PUNCAK
Puncak Gunung Bambapuang berupa punggung tebing-tebing. Dari puncak tersebut kita bisa melihat pemandangan Gunung Nona dan Kota Toraja. Selain sebagai objek pendakian, Gunung Bambapuang juga terkenal sebagai objek panjat tebing.
DESKRIPSI GUNUNG
Nama lain : Tebing Bambapuang Elevasi : 1.021 mdpl Lokasi : Sulawesi Selatan Jenis : Gunung batu Pengelola : Pemerintah Enrekang Keistimewaan : Tebing tertinggi di Sulawesi Selatan Jalur pendakian : Desa Bambapuang , Desa Kasambi Tempat Ikonik : Puncak : Puncak Bambapuang Lama pendakian : 2-3 jam Koordinat : 3°25’22.9″S 119°46’55.3″E Level pendakian : mudah
GUNUNG SABAMPOLULU (1.850 MDPL)
Di Provinsi Sulawesi Tenggara
Gunung Sabampolulu adalah sebuah gunung dengan ketinggian 1.850 mdpl yang terletak di Kecamatan Kabaena Tengah, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara. Kata “saba” memiliki arti “terbongkah”, sedangkan “Mpolulu” artinya “senjata semacam kapak”. Penamaan Sabampolulu tersebut berkaitan dengan sejarah asal-usul gunung itu sendiri yang dipercayai oleh masyarakat setempat.
Dahulu ada dua gunung yang saling berhadap-hadapan yaitu Gunung Sabampolulu dan Gunung Kamansope. Kedua gunung tersebut dijaga oleh jin yang kuat. Karena terjadi krisis air, penjaga Gunung Sabampolulu meminta air kepada penjaga Gunung Kamansope. Namun permintaan tersebut ditolak. Lantas terjadilah pertempuran antar kedua penjaga gunung tersebut yang mengakibatkan puncak Gunung Sabampolulu terbongkah.
PENDAKIAN
Pendakaian mencapai Puncak Sabampolulu bisa melalui Jalur Desa Tangkeno, Kecamatan Kabaena, yang berada di ketinggian 620 mdpl. Desa Tangkeno juga dikenal sebagai kawasan wisata. Selain menjadi titik pendakian, kawasan Tangkeno juga terdapat sebuah benteng yang dinamakan Benteng Tangkeno.
Pendakian Gunung Sabampolulu hanya membutuhkan waktu 2-3 jam saja untuk sampai pada puncak. Sebagian besar trek adalah bebatuan, karena memang Gunung Sabampolulu terbentuk atas batuan. Ada aliran sungai di kaki gunung dan juga ada sabana yang cukup luas. Beberapa satwa liar juga menghiasi di kaki gunung, seperti ayam hutan, rusa, dan juga kambing hutan. Masyarakat setempat meyakini bahwa kambing-kambing liar yang ada di Gunung Sabampolulu adalah hewan ternak milik jin penunggu Gunung Sabampolulu. Penunggu Gunung Sabampolulu dijuluki “Kowonuanu”, yang artinya adalah “penduduk alam sana”.
PUNCAK
Spot paling terkenal dan menjadi ikon Gunung Sabampolulu adalah puncaknya. Puncak Gunung Sabampolulu adalah berupa batuan besar yang bentuknya mirip mahkota. Bentuk mahkota tersebut adalah dua buah gunung batu yang saling berlapis. Lapis luar dijuluki “Watu Sangia” (artinya “batu penguasa”), lalu di atasnya atau lapis berikutnya dijuluki “Sangia Wita” (artinya “penguasa daratan”).
Keberadaan Watu Sangia dan Sangia Wita menjadi petunjuk bagi para nelayan. Nelayan-nelayan percaya jika Puncak Sabampolulu tersebut diselimuti awan, maka itu pertanda akan segera turun hujan.
Selain dua puncak utama, Gunung Sabampolulu juga memiliki puncak-puncak lainnya yakni Wumbu Tolimbu, Wumbu Tandasa, dan Dampala Barata.
DESKRIPSI GUNUNG
Nama lain : Saba Mpolulu
Elevasi : 1.850 mdpl
Lokasi : Sulawesi Tenggara
Jenis : Non-volcano
Pengelola : Pemerintah Bombana
Keistimewaan :
Jalur pendakian : Desa Tangkeno
Tempat Ikonik : Watu Sangia, Sangia Wita
Puncak : Watu Sangia, Sangia Wita, Wumbu Tolimbu, Wumbu Tandasa, dan Dampala Barata
Lama pendakian : 2-3 jam
Koordinat : 5°18’30.5″S 121°57’20.3″E dan 5°17’52.8″S 121°55’36.8″E
Level pendakian : mudah
GUNUNG COLO (507 MDPL)
Di Provinsi Sulawesi Tengah
Gunung Colo adalah sebuah gunung api aktif yang terletak di Pulau Una-Una. Secara administratif, Gunung Colo masuk dalam kawasan Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah. Gunung ini tercatat meletus terakhir kali pada tahun 1983. Gunung Api Colo terletak terpisah dengan kelompok gunung api lainnya di Sulawesi Tengah. Letaknya cenderung mendekati Sulawesi Utara, atau tepatnya berada di Teluk Tomini.
Nama “Colo” memiliki arti “korek api”. Hal ini berkaitan dengan kondisi gunung yang masih aktif dan juga memiliki kawah aktif di puncaknya.
PENDAKIAN
Pendakian Gunung Colo memakan waktu 2-3 jam saja untuk mencapai puncak.
PUNCAK
Puncak Colo berupa kawah yang masih aktif dan mengepulkan asap. Ada lapangan solfatara yang datar dan cukup luas dan masih mengepulkan asap juga.
DESKRIPSI GUNUNG
Nama lain : Gunung Ambu, Gunung Una-Una
Elevasi : 507 mdpl
Lokasi : Provinsi Sulawesi Tengah
Jenis : Volcano Tipe A, Pulau Vulkanik
Pengelola : Pemerintah Una-Una
Keistimewaan :
Jalur pendakian : Resort Una-Una
Tempat Ikonik :
Puncak : Puncak Colo
Lama pendakian : 2-3 jam
Koordinat : 0°10’36.9″S 121°35’58.7″E
Level pendakian : mudah
GUNUNG AMBANG (1.689 MDPL) Di Provinsi Sulawesi Utara
Secara administratif, Gunung Ambang terletak di perbatasan Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow, dan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim). Gunung Ambang merupakan stratovolcano tipe A dan berketinggian 1.689 mdpl. Gunung ini pernah meletus pada tahun 1600-an.
PENDAKIAN
Jalur pendakian Gunung Ambang tersedia melalui Desa Bongkudai, Kecamatan Mooat, Kabupaten Boltim. Berada di kawasan desa tersebut terdapat danau yang indah yakni Danau Mooat dan Danau Moayag.
PUNCAK
Puncak Gunung Ambang berupa kawah yang masih aktif. Bibir kawah adalah titik tertinggi dan dijuluki “Puncak Unta”. Penamaan tersebut diberikan karena bentuk trek di puncak tersebut yang mirip punggung atau leher unta.
DESKRIPSI GUNUNG
Nama lain : Elevasi : 1.689 mdpl Lokasi : Sulawesi Utara Jenis : Stratovolcano Tipe A Pengelola : Pemerintah Boltim Keistimewaan : Jalur pendakian : Desa Bongkudai Tempat Ikonik : Puncak : Puncak Unta Lama pendakian : 3-4 jam Koordinat : 0°45’14.2″N 124°24’54.6″E Level pendakian : mudah